Dalam kehidupan kecerdasan tidak dapat diukur secara mutlak, dan setiap individu memiliki kekuatan dan potensi uniknya sendiri. Meskipun begitu cerdas secara literasi dan numerasi merupakan dua hal yang dibutuhkan dalam menghadapi era globalisasi. Kemampuan literasi dan numerasi juga di jadikan tolak ukur dalam keberhasilan proses pendidikan di Indonesia sebagaimana dalam beragam pelatihan dan sosialisasi kurikulum merdeka umumnya didahului oleh bagaimana skor literasi dan numerasi bangsa kita yang rendah berdasarkan survei PISA dan bagaimana mekanisme memperbaikinya.

Bertolak dari sini kita juga melakukan perubagan dalam acuan standar skor pendidikan dimana keberhasilan pendidikan diantaranya adalah adanya peningkatan kemampuan literasi dan numerasi. Hal itu dimuat dalam rapor pendidikan, dijadikan soal dalam Asesmen Kompetensi Minimun (AKM), hingga ditransformasikan dalam Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) menjadi soal UTBK guna menembus perguruan tinggi.

A. Tentang Literasi

Literasi adalah kemampuan untuk membaca, memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang disampaikan melalui teks. Literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca kata-kata, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan merespons teks dengan kritis. Dalam konteks yang lebih luas, literasi juga dapat mencakup kemampuan untuk menulis, berbicara, dan berpikir kritis.

Terdapat beberapa bentuk literasi dan tantangan dalam pengembangannya di Indonesia. Diantaranya adalah:

  1. Literasi Membaca (Reading Literacy)
    Kemampuan membaca dan memahami teks tertulis. Ini melibatkan kemampuan mengenali kata-kata, memahami makna kalimat, dan menafsirkan teks dengan benar. Literasi membaca terkadang dijadikan acuan kegiatan literasi di Indonesia sehingga dalam program-program literasi di sekolah umumnya peserta didik dikenalkan untuk membawa buku, membaca buku, hingga mendeskripsikan isi buku yang mereka baca.

    Banyak peserta didik kita masih terbentur dalam pemilihan diksi, mengingat konteks, dan memahami makna. Hal ini karena pembelajaran literasi di kita baru sekedar menjawab dimana, siapa, dan kapan dari wacana yang mereka baca. Proses penggalian pemahaman dari teks yang disajikan amat jarang dipergunakan dalam pembelajaran khususnya di tingkat dasar. Sehingga di tingkat menengah dan tinggi kemampuan membaca peserta didik kita menjadi tumpul, mereka lebih senang menonton. Bahkan dalam pelatihan Platform Merdeka Mengajar banyak disajikan video-video pembelajaran, padahal layaknya kita perlu membiasakan membaca sekalipun menonton video termasuk prinsip diferensiasi pembelajaran. Karena kemampuan literasi membaca itu adalah hal yang mutlak untuk diasah dan bukannya mengikuti alur kemalasan membaca dengan menyajikan video saja dalam pembelajaran.
  2. Literasi Menulis (Writing Literacy)
    Kemampuan menyampaikan pemikiran dan ide dalam bentuk tulisan. Ini mencakup kemampuan menyusun kalimat dan paragraf dengan jelas, serta menggunakan tata bahasa dan struktur yang benar. Literasi menulis dalam proses pembelajaran dapat diaplikasikan melalui pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran kolaboratif lainnya yang memacu peserta didik untuk berkarya melalui tulis menulis.

    Kemampuan menulis adalah hal yang harus diasah secara bertahap. Tidak ada insan yang sekali menulis langsung bagus dan bermakna melainkan berproses. Terkadang kita malu manakala tulisan kita dirasa tidak ideal namun tetap menulis adalah keputusan terbaik dikarenakan idealnya tulisan baru akan nampak di akhir proses penulisan. Tulisan dapat berupa karya sastra yang bersifat fiksi, laporan perjalanan, karya ilmiah, esai seputar opini peserta didik, naskah pidato, naskah pembawa acara, biodata diri, cita-cita dan lain sebagainya.
  3. Literasi Berpikir Kritis (Critical Literacy)
    Kemampuan membaca dan menilai informasi secara kritis, termasuk kemampuan mengenali kekurangan atau bias dalam suatu teks. Literasi berpikir kritis juga melibatkan kemampuan merumuskan pertanyaan dan menyimpulkan informasi dengan bijak. Untuk bisa berpikir kritis peserta didik haruslah dibekali dengan kemampuan lainnya, seperti kemampuan etika mengemukakan pendapat, kemampuan literasi membaca untuk meningkatkan kualitas pemikiran kritisnya, kemampuan menulis opini, kemampuan pemilihan diksi, kemampuan berpikir komputasi, dan lain sebagainya.

    Keinginan berpikir kritis peserta didik harus disertai keinginan memperbaiki keadaan yang dikritisi atau kritiknya bersifat membangun sehingga pemikiran kritisnya tak sebatas destruktif namun juga konstruktif terhadap hal yang dikritisi. Sebelum berpikir kriitis baiknya peserta didik diajarkan untuk mereduksi dan mendekomposisi permasalahan, memanalisis pola urutan permasalahan, melakukan identifikasi berbagai data dan informasi, hingga membuat algotitma berpikir untuk menuntaskan permasalahan tersebut.
  4. Literasi Informasi (Information Literacy)
    Kemampuan mengidentifikasi, menilai, dan menggunakan informasi dengan efektif. Literasi informasi mencakup kemampuan mencari, mengevaluasi, dan mengorganisir informasi dari berbagai sumber. DI era perkembangan informasi yang pesat dan digitalisasi informasi, dibutuhkan kemampuan literasi informasi agar tidak terjebak dalam fitnah, hoax, dan beragam informasi menyesatkan lainnya.

    Belum lagi tantang lain seperti Pasal UU ITE yang bisa menjerat siapapun yang salah dalam membagikan informasi. Begitu juga dengan algoritma google dan media sosial lainnya, apabila peserta didik kita sebagai user kerapkali mencari info berkaitan dengan IPTEK maka, algoritma media digital akan mengarahkan user tersebut kepada informasi seputar IPTEK yang melimnpah. Begitu pula sebaliknya apabila user konsisten mengakses pronografi atau hal hal buruk di internet maka algoritma akan terus mengarahkan ke sana. Inilah yang menjadikan informasi digital bagai pisau bermata dua, bisa mendukung kesuksesan seseorang dan juga menjerumuskannya.
  5. Literasi Media (Media Literacy)
    Kemampuan untuk memahami, menilai, dan menggunakan informasi yang disampaikan melalui media, termasuk pemahaman tentang bagaimana media dapat mempengaruhi persepsi dan opini. Media di zaman ini memegang peranan penting dalam hal mengendalikan persepsi dan opini publik. Khususnya media digital. Dikarenakan media digital banyak di akses oleh masyarakat untuk menerima informasi setiap waktu.

    Literasi media penting untuk dapat menimbang apabila dalam mengakses informasi kita diarahkan ke informasi yang salah. Seperti misal, dalam pilpres 2024 nanti, manakala kita mengkonsumsi berita media tentang kebaikan capres tertentu maka algoritma digital akan mengarahkan kita lebih jauh ke informasi yang lain yang sejenis. Begitu juga jika kita mengakses sebaliknya. Oleh karena itu, butuh akal sehat dan pikiran jernih manakala mencerna informasi dari berbagai media. Tetapkan mengakses media secara berimbang dan pertebal keakuratan untuk menganlisis permasalahan dengan pertimbangan yang kompleks sebelum membuat kesimpulan.

Literasi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks pendidikan, pekerjaan, maupun partisipasi aktif dalam masyarakat. Meningkatkan literasi membantu individu untuk menjadi pembaca yang kritis, penerima informasi yang cerdas, dan kontributor yang efektif dalam berbagai situasi. Tugas guru adalah memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kemampuan dan kecerdasan literasi secara komprehensif di berbagai bidang literasi.

Semangat Literasi
Semangat Berprestasi


Share:
belajar asyik

Bima Ariyo

Seorang Guru, Desainer, Motivator

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *