Banyak pula siswa dari kalangan ini yang mengalami masa-masa sulit sebelumnya baik itu kesulitan ekonomi hingga kehilangan orang tua yang dicintainya. Semua merupakan momentum untuk berubah. Bagi yang kalangan ekonomi lemah, saat ternyata mengetahui informasi beasiswa dan kuliah ternyata bisa dicapai oleh semua kalangan mereka dengan gegap gempita bekerja keras (bisa jadi setelah membaca artikel berikut: beasiswa KIP kuliah ) dan juga artikel lainnya. Mereka ingin mewujudkan cita-cita memperbaiki kondisi orang tuanya. Kalau Ayah ibu saya miskin, saya jangan sampai cuma bisa jadi orang miskin, saya harus bertransformasi. Begitu kira-kira isi hatinya. Adapula yang mendapat ujian terberat saat masa-masa sekolah, kehilangan ayah atau ibu yang dicintainya. Tawa riang berubah kelabu, sorak sorai berubah mendung gemulung. Hati berisi tangis, kecewa, sedih belum bisa membahagiakan orang tua selama hidup, belum bisa membuat mereka tersenyum manis, hanya ingat pesan mereka agar kita belajar rajin, agar sukses, agar bisa jadi sarjana, agar bisa mengubah kehidupan yang penuh pahit getir menjadi lebih manis merona. Siswa-siswi model ini kadang bertransformasi dengan cepat. Mereka bisa jadi minim bakat, namun dengan usaha dan do’a mereka menjelma menjadi insan luar biasa. Bahkan kadang capaian prestasinya di atas anak-anak yang dianggap cerdas berbakat. Karena peluang selalu ada, keajaiban akan senantiasa muncul, kalau kita mengupayakan dan mengharapkannya.
b. Si Remuk terpuruk
Ada anak-anak yang sebenarnya punya banyak harapan dan keinginan. Namun tekad mereka terlalu lemah. Rasa minder mereka dan sikap inferioritasnya mengalahkan ambisi meraih cita-cita. Mereka kadang jadi abai. Ya sudah berpasrah pada kondisi. Bisa jadi keadaan mereka dipengaruhi berbagai hal misalnya kondisi ekonomi, kondisi intelegensi, kondisi keluarga, dan kondisi pergaulan, maupun kombinasi keempat kondisi tersebut.
Kondisi ekonomi yang buruk menjadikan banyak siswa Indonesia menyerah sebelum bertanding. Saat rekan rekannya sudah berencana kesana kemari untuk kuliah, anak anak ini terpekur pada problematika keuangan. Malah banyak yang bercita-cita ya sudah saya kerja saja, tak ada harapan saya untuk kuliah. Penulis sendiri pernah pada kondisi seperti ini, namun bukan di kelas XII melainkan kelas IX. Saat hendak melanjutkan ke SMA, sudah diterima di SMA favorit, namun pastinya sekolah favorit butuh dana. Hampir putus sekolah, namun kemudian ada mencoba kesana kemari cari solusi. Alhamdulillah ada beasiswa, dan berhasil mendapatkannya. Kondisi pasrah tak menghasilkan solusi, kalau kita miskin, tak ada harta, banyak-banyak cari informasi. Kuliah murah dan gratis saat ini banyak sekali, dan jangan sampai bakat serta kemampuan kita pupus karena pasrah tak bisa kuliah.
Kondisi intelegensi membuat kita pasrah. LIhat buku soal latihan serasa otak membeku. Materi-materi ini sudah terlampau jauh untuk dikejar dan tak mungkin bisa. Itu biasanya yang terbersit dalam benak tipe ini. Jika kalian dalam kondisi ini, banyak-banyaklah menganalisis peluang. Jangan saat nilai-nilai kita paling tinggi saja 85 tapi cita-cita kedokteran. Semua harus realistis. Sesuaikan kemampuan. Karena bisa jadi bakat kita bukan di sana. Ingat standar kecerdasan tak melulu diukur melalui standar matematis, kecerdasan lingual, kecerdasan interpersonal, kecerdasan emosional, masih banyak yang bisa digali. Banyak-banyak berkonsultasi dan menemukan kelebihan diri sehingga bisa tepat memilih masa depan.
Kadang ada yang semangat menggebu-gebu, keluarga tak mendukung. Keluarga broken berpisah Ayah dan Ibu kadang bisa berpengaruh besar pada kondisi siswa. Keluarga yang terlalu pesimistis juga menjadikan anak mudah putus asa. Keluarga yang acuh dan bahkan tidak lengkap misal karena Ayah atau Ibu sudah tiada juga berpengaruh pada aspek motivasi. Yang harus kita lakukan saat kondisi seperti ini, jadikan momentum. Saat ayah atau ibu kita sudah tiada, jadikan belajar kita kerja keras kita untuk membahagiakan mereka di alam sana. Saat Ayah ibu kita berpisah kita wujudkan cita-cita untuk membuktikan bahwa kelak kita dapat membuat mereka akur lagi. Saat orang tua mudah putus asa, kita bulatkan tekad bahwa perubahan dimulai dari kita sebagai generasi penerus keluarga.
Kondisi pergaulan kadang juga menjadikan siswa terpuruk. Abai terhadap keluarga dan lingkungan. Budaya hedon merasuk jiwa-jiwa muda, yang penting sekarang happy, untuk masa depan gimana besok. Budaya nongkrong, main tanpa henti, foya-foya, tak peduli masa depan sambil berangan-angan semu, nakal sekarang sukses esok hari. Yang seperti ini biasanya belum remuk terpuruk kalau belum tiba musibahnya, kalau dia hidupnya berubah karena kondisi ekonomi yang mendadak jungkir balik, atau wafatnya orang-orang yang dicintai, barulah sadar yang dilakukan ini bukan kegembiraan, namun aslinya hanya kondisi remuk terpuruk yang tersamarkan. Semoga kalian yang merasa dalam kondisi ini lekas bertaubat. Kembali ke jalan yang benar.
3. Si Antihero
Disebut antihero karena siswa ini selalu menampilkan sisi yang berbeda dalam keseharian. Di depan kawan-kawannya dia nampak anak yang tak peduli belajar, mainnya rajin, sering tidur di kelas, aktif organisasi, sering izin KBM, tapi dibalik semua itu mereka menyembunyikan belajar habis-habisan yang mereka lakukan. Yang seperti ini kadang-kadang malah sukses. Saat sukses mereka ingin orang terkagum, dan melihat mereka sebagai orang yang belajar aja enggak, kerjanya main terus tapi lulus SBMPTN. Nah kamu misalnya mengikuti gayanya, tapi gaya mainnya, gaya enggan belajarnya, gaya kelihatan malasnya, dan tidak mengikuti gaya belajar diam-diamnya. Ya kamu pindah kuadran jadi remuk terpuruk.
Kadang juga ada anak yang kelihatannya nakal, bandel, susah dinasihatin. Namun mereka punya prinsip kuat, harus belajar, harus membahagiakan orang tua. Nah prinsipnya dia yang membawa mereka pontang-panting belajar, usaha, kerja keras. Tapi umumnya orang tak tau, guru tak tau, teman-temannya tak tau. Nah dari sinilah muncul nakal tapi sukses. Eh ada temannya yang ikuti nakalnya, tapi belajarnya, kerja kerasnya tak diikuti, ya nakal terus remuk terpuruk jadinya.
4. Si Anomali type
Kalau tipe yang ini, tipe yang jarang terjadi. Jangan jadi patokan. Siswa yang malas-malasan tiba tiba masuk Perguruan Tinggi favorit, ternyata omnya rektor di Perguruan Tinggi tersebut. Atau siswa tanpa prestasi karena Ayahnya kaya raya dan sumbangannya besar mendadak kuliah tanpa repot-repot belajar, atau tiba-tiba jadi manajer karena ternyata perusahaan tempatnya bekerja ada andil kepemilikan orang tuanya. Nah saat kamu tidak memiliki privilage setinggi itu dan malas-malasnya disamakan dengan mereka kamu bisa jadi remuk terpuruk.
Atau ada yang biasa-biasa saja, tapi keberuntungannya luar biasa. Nah padahal kamu luar biasa tapi ternyata nasibnya masih kurang beruntung. Tapi kita tak mengetahui, kalau si biasa-biasa saja itu ternyata bekerja keras untuk sukses. Sadar intelegensinya biasa-biasa saja, maka dia sujud berdo’a habis habisan siang malam. Ibadah tak pernah putus, dzikir terus menerus. Itu kadang faktor yang tak banyak dimunculkan, tak banyak diketahui orang. Namun dari sana bisa jadi penentu kesuksesan.
Nah begitulah tipe-tipe siswa di kelas XII menjelang kelulusan. Kamu tipe yang mana nih? Pastikan semua terus berjuang untuk masa depan. Kuliah memang bukan perkara wajib, tapi dari kuliah cakrawala wawasan keilmuan, karakter, prinsip-prinsip hidup kalian dibentuk. Untuk mewujudkan negara maju, maka generasi muda ini harus bertransformasi dengan cepat. Menjadi pemikir, penggagas, pengonsep, pekerja efektif, dan juga pelopor berbagai program untuk memajukan bangsa dan negara ini.
Ditulis oleh: Bima Ariyo